TIDAK SEMUA ANGGOTA BISA MAIN GITAR
TRIBUNJATENG.COM -- Komunitas Gitar Klasik Semarang (KGKS) berdiri resmi pada Agustus 2011. Awalnya, KGKS terbentuk melalui sosial media, Facebook.
PENDIRI sekaligus Ketua KGKS, Yuda Pra mengatakan, ia mendirikan komunitas tersebut karena ingin mempersatukan pecinta gitar klasik di Semarang dan sekitarnya.
Guru gitar klasik sekolah musik Purwacaraka juga menginginkan, KGKS menjaditempat gitaris klasik di Semarang untuk berkarya dan dikenal masyarakat luas.
Sebelum mendirikan KGKS, Yuda merasa prihatin dengan tidak adanya komunitasgitar klasik di Semarang.
"Saya iri saat main gitar ke kota lain misalnya Bandung, Surabaya dan Jakarta. Di sana ada komunitas gitar klasik sedangkan di Semarang tidak ada," terangnya.
Sebagai guru, Yuda mengajak murid-muridnya untuk membentuk komunitas. Hingga akhirnya pada 2012, ia bertemu dengan Dadang Pribadi yang kini menjadi Humas KGKS dan Handan Wikarta yang kemudian menjadi pembina KGKS.
Ketiganya memiliki visi yang sama untuk memajukan gitaris klasik di Semarang. Akhirnya, KGKS membuat iven pertama mereka yang bertajuk "Gitaran" di Gedung Sobokarti sebulan sekali.
Gitaran adalah ajang berkumpul anggota KGKS untuk berlatih, berbagi ilmu dan bermain bersama. Iven rutin tersebut biasanya diikuti oleh sekitar 20-30 anggota KGKS.
Setiap iven anggota KGKS saling berbagi ilmu. Oleh karena itu, peserta yang datang harus membawa gitar masing-masing.
“Justru ada kawan-kawan yang tahu saya tidak tahu saya belajar dengan mereka dan mereka belajar dengan saya. Komunitasgitar klasik itu indah bisa saling berkumpul, berbagi ilmu, bermain gitar bersama-sama dan tidak memandang jago main musik," sambung dia.
Selain Gitaran, KGKS juga punya iven lain, yakni Gitaran Show. Namun iven ini tidak digelar secara rutin dan terjadwal. Menurut Yuda, iven terakhir Gitaran Show dilangsungkan di Tandhok Cafe, 20 Desember lalu dengan menghadirkan Rahmad Raharjo sebagai bintang tamu.
Humas sekaligus anggota KGKS, Dadang Pribadi menambahkan, selain Rahmad Raharjo, KGKS juga pernah mengundang Jubing Krisdiyanto pada 2014 lalu. Saat itu, Jubing diminta menjadi bintang tamu dan juri dalam kompetisi bermain gitar.
Di sisi lain, ia sangat senang dengan keberadaan KGKS. Melalui KGKS, anggota bisa saling bertukar ilmu. Khusunya dalam membaca dan menulis partitur.
Melaluikomunitasini para anggota datang membawa gitar, gitaran bersama, sharing serta saling belajar khususnya membaca dan menulis partitur. Selalu ada anggota baru yang datang, saya berharap ada regenerasi dari komunitas ini,” kata Dadang.
Meskipun menyandang status sebagai Humas KGKS, Dadang juga terus belajar. Ia mengaku sempat mengikuti kursus bermain gitar semasa Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun kegemarannya tersebut harus berhenti lantaran kesibukannya dalam bekerja.
Keberadaan KGKS menjadi semacam obat penawar rindu baginya. Ia kembali belajar dan bermain gitar bersama anggota komunitas.
Ia berharap, KGKS dapat melahirkan gitaris andal di masa depan. "Sehingga saat ada event KGKS bisa dan berani untuk unjuk kebolehan bermain gitar klasik. Sesuatu yang sempurna harus dari latihan yang rutin,” jelas dia.
Untuk bergabung dengan KGKS tidaklah rumit. Mereka yang tertarik menjadi anggota cukup datang saat KGKS menggelar "Gitaran" setiap bulan. ( Tribun Jateng 26 Desember 2015 )
Komentar
Posting Komentar